ETERNANEWS - Dalam banyak hadits khususnya yang berbicara tentang keutamaan sebuah amal, nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam banyak memberikan motivasi kepada umatnya. Motivasi agar umatnya semakin banyak melakukan amal kebaikan di dunia, di samping karena singkatnya umur umat beliau. Dan yang menjadi luar biasa adalah beliau memberikan kabar gembira berupa balasan yang begitu besar dan istimewa, ketika seorang muslim beramal. Banyak sekali amalan-amalan yang sesungguhnya sangat ringan jika dikerjakan seorang muslim. Namun, berlimpah berkah, berlimpah balasan, berlimpah kebaikan di dalamnya. Inilah wujud kasih sayang Allah ta’ala kepada hamba-Nya, serta kecintaan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya. Maka, bersyukurlah.
Kabar gembira tersebut, akan banyak
dijumpai dalam kitab-kitab bertemakan fadhail ‘amal. Sebagai contoh, Atsar
min Alfi Thariq ilaa al-Jannah karya Amin Al-Anshari, Alfu Hasanatin wa
Hasanatin fil Yaumi wal Lailati karya Majdi Fathi Ali Kahil, Fadhilah
Amal karya Ubaid Al-Sindy dan sebagainya. Di dalamnya akan ditemukan banyak
amalan-amalan “kecil” namun besar kebaikan yang didapat tatkala
mengamalkannya. Di antara amalan tersebut adalah dzikir lisan.
Dzikir secara bahasa adalah
mengingat. Secara istilah ada yang mengatakan dzikir adalah segala sesuatu,
baik fikiran, hati, ucapan dan perbuatan yang semata terpaut (mengingat) kepada
Allah ta’ala. Sehingga kemudian ada yang menyebut dengan istilah, dzikir hati,
dzikir lisan dan dzikir perbuatan.
Berbicara tentang dzikir lisan,
banyak keutamaan-keutamaan di dalamnya. Antara lain dalam hadits dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata. “Suatu hari Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam melewati sebuah gunung yang disebut dengan gunung Jamadan,
kemudian beliau berkata, “Akan melihat gunung ini ‘sabaqal
mufradun’.”Kemudian mereka bertanya, “Apa yang dimaksud dengan al-Mufradun,
wahai Rasulullah?” Ia berkata, “Mereka adalah orang-orang yang banyak dzikir
kepada Allah.” (HR. Muslim no. 2676)
Selain itu ada dalam riwayat Imam
Bukhari, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman, “Aku bersama dengan hamba-Ku
jika ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak karena mengingat-Ku.” (HR.
Bukhari, dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad)
***
Maka, merugi jika lisan yang Allah
ta’ala sudah anugerahkan kepada hamba-Nya kemudian hanya menjadi hiasan, bahkan
banyak mengeluarkan kesia-siaan tanpa keluar darinya kebaikan-kebaikan. Untuk
itu, di tengah hiruk-pikuk kehidupan ini, serta kesibukan yang mewarnainya,
jangan lupa isi waktu yang berharga ini dengan kebaikan, salah satunya dzikir
lisan.
Saat berkendara, gunakan momen sepanjang
perjalanan untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran yang telah di hafal.
Karena membaca ayat suci Al-Quran adalah bagian dari dzikir lisan. Kemudian secara
bergantian diselingi dengan kalimah-kalimah thayyibah. Selain itu, tatkala
dalam kesendirian dan tidak ada aktivitas yang hendak diselesaikan, buka mushaf
Al-Quran, lalu baca dengan menikmati setiap huruf, kata, kalimat dan makna yang
keluar dari lisan. Pautkan hati kepada-Nya semata, ikat fikiran agar fokus
menginat-Nya semata. Maka, ketenangan dan kesejukan jiwa dalam limpahan
berkah-Nya akan menutupi keluh-kesah yang ada. Yakinlah.
Sekali lagi, juga sejenak diselingi
dengan lantunan kalimah-kalimah thayyibah, dengan mengerahkan segenap
jiwa, hati serta akal fikiran hanya untuk mengingat-Nya, bukan yang lain.
Basahi pipi-pipi ini, dengan tetesan bulir-bulir air mata, karena dosa-dosa
yang telah diperbuat. Tertunduk dalam kekhusyu’an memohon kebaikan kepada-Nya,
agar menjadi hamba yang layak dan pantas bersua dengan Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wa sallam di syurga kelak. Juga bersama orang-orang yang dikasihi.
***
Laa ilaaha
illallah, Alhamdulillah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Seutama-utama dzikir adalah Laa ilaaha illallah dan
sebaik-baik doa adalah alhamdulllah.” (Shahihul Jami’ no. 1104, al-Albani)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, “Aku bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang
paling bahagia dengan syafaatmu pada hari kiamat?” Kemudian Rasulullah
menjawab, “Aku sudah menduga bahwa tidak ada seorang pun yang paling awal
bertanya tentang hal ini kecuali engkau, wahai Abu Hurairah. Sebab aku tahu
engkau adalah orang yang paling haus tentang hadits. Orang yang paling bahagia
dengan syafaatku di hari Kiamat adalah dia yang mengucapkan Laa ilaaha illallah
dengan sepenuh keikhlasan dari dalam hatinya atau dalam jiwanya.” (HR.
Bukhari no. 99)
Laa ilaaha
illallahu wahdahu laa syarika lahu, lahu al-mulku wa lahu al-hamdu wa huwa ‘ala
kulli syaiin qadiir
Dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu
bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengucapkan
tidak ada ilah yang haq selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya
segala kerajaan dan pujian, dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu sepuluh
kali, maka dia seperti membebaskan empat budak dari keturunan Ismail.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengucapkan
tidak ada ilah yang haq selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya
segala kerajaan dan pujian, dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu dalam
seratus kali, maka baginya setara dengan membebaskan sepuluh budak, ditulis
untuknya seratus kebaikan, dihapuskan darinya seratus kejelakan, dan ia
mendapat perlindungan dari syaitan pada hari itu hingga sore. Dan tidak ada
seorang pun membawa yang lebih utama dari yang ia kerjakan, kecuali orang yang
mau beramal lebih dari itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Subhanallah,
Alhamdulillah, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syarika lahu,
lahu al-mulku wa lahu al-hamdu wa huwa ‘ala kulli syaiin qadiir
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang
bertasbih kepada Allah (setiap) setelah shalat 33 kali, memuji Allah 33 kali,
mengagungkan Allah 33 kali. Maka jumlah tersebut ada 99, dan beliau berkata,
sempurnakan menjadi 100 kali (dengan membaca) tidak ada ilah yang haq selain
Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan dan pujian, dan
Dia maha kuasa atas segala sesuatu, dihapuskan kesalahan-kesalahannya meski
sebanyak buih di lautan (ghufirat khatayahu wa in kaanat mitslu zabadil
bahri).” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, “Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, orang-orang yang kaya itu pergi membawa
derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami
shalat. Mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki
kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan
suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang
mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian.
Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang
melakukan hal yang sama seperti kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid dan
bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak 33 kali.” Kami pun berselisih.
Sebagian kami bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali, bertakbir 34 kali. Aku pun
kembali padanya. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkahlah subhanallah
wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tida puluh kali.” (HR. Bukhari no.
843)
Subhanallah
wabihamdihi
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
mengucapkan mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya dalam sehari seratus kali,
dihapuskan kesalahan-kesalahannya meski sebanyak buih di lautan (ghufirat
khatayahu wa in kaanat mitslu zabadil bahri).” (HR. Muslim no. 2691)
Subhanallah
wabihamdihi, Subhanallahil ‘azhim
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua kalimat yang
ringan di lisan, berat di timbangan dan dicintai Ar-Rahman: maha suci Allah dan
segala puji bagi-Nya, maha suci Allah yang maha agung.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Subhanallah,
walhamdulillah, walaa ilaaha illallahu wallahu akbar
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh aku
mengucapkan subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallahu wallahu akbar
lebih aku sukai dari segala yang matahari terbit di atasnya (ahabbu ilayya
mimmaa thala’at ‘alaihi asy-syams).” (HR. Muslim no. 26 95)
Subhanallah,
walhamdulillah, walaa ilaaha illallahu wallahu akbar, wa laa haula walaa
quwwata illa billah
Dari ‘Abdullah bin ‘Amru
radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
ada di atas muka bumi seorang pun yang mengucapkan subhanallah,
walhamdulillah, walaa ilaaha illallahu wallahu akbar, wa laa haula walaa
quwwata illa billah melainkan diampuni dosa-dosanya meski sebanyak buih lautan
(kaffarat ‘anhu khatayahu wa law kaanat mitslu zabadil bahri).” (HR.
At-Tirmidzi)
Laa haula wala
quwwata illa billah
Abu Musa radhiyallahu ‘anhu
meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya
sebagai berikut, “Ucapkanlah, Laa haula wala quwwata illa billah atau tiada
daya dan kekuatan kecuali karena Allah. Karena ia adalah sebagian dari harta
karun syurga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
***
Semoga kita semua termasuk hamba-Nya
yang beruntung, kelak dapat berjumpa dengan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa
sallam, serta berkumpul bersama dengan orang-orang yang kita kasihi di
syurga-Nya. Aamiin. []
***

COMMENTS