![]() |
| Fikri Aris Zudiar LARAS |
Akibatnya, terjadi eksodus besar Rohingnya di negara bagian Rakhine, setelah tentara melancarkan operasi pembersihan saat mencari pemberontak. Sebaliknya, terjadi serangan balasan terhadap pos perbatasan Polisi Myanmar di Rakhine, yang tejadi beberapa bulan lalu.
Pelarian kaum minoritas ini membuka fakta mengerikan, telah terjadinya pemerkosaan, pembunuhan, dan pembakaran massal di Myanmar. Fakta-fakta itu telah menggoyang kredibilitas peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, yang terus memilih berdiam diri melihat penindasan yang terjadi.
Menyikapi hal ini, Fikri Aris Zudiar dari Lingkaran Analisis (LARAS) Menilai saat ini umat Islam belum mampu secara riil untuk menjaga darah-darah kaum Muslim agar tidak dinodai, dan tidak sanggup menghentikan pembantaian saudara-saudara kami di Rohingnya.
“Pemerintahan di negeri-negeri muslim juga tidak mampu menghentikan pembunuhan saudara-saudara kita di berbagai wilayah karena tidak mempunyai kekuatan apa-apa, selain kecaman dan seruan saja. Padahal mereka mampu untuk mencegahnya, ” ujarnya kepada BANGKIT POS Kamis, 7 September 2017.
Fikri mencermati upaya pemerintah Indonesia yang berencana melanjutkan kerjasama dengan Myanmar dalam proses rekonsiliasi, demokratisasi dan pembangunan inklusif di sana, termasuk upaya implementasi rekomendasi laporan Ketua Komisi Hak Asasi Manusia Rakhine Kofi Annan tidak cukup untuk melindungi dan memulihkan derita minoritas muslim Myanmar.
“Umat Muslim itu satu tubuh, ketika yang satu tersakiti, maka seluruh badan merasakan pedihnya. Gejolak kemarahan muslim Indonesia perlu didengar pemerintah, Pemerintah harus bersikap tegas pada Myanmar, " pungkasnya. [as]

COMMENTS