Kebahagiaan sejati orangtua adalah memiliki anak yang shalih shalihah, yang berbakti kepada orangtua. Anak di kala kecilnya ditimang, dirawat dengan penuh kasih sayang. Di kemudian hari menjadi harapan untuk menjadi pihak pertama yang merawat dan menyayangi orangtuanya. Mirisnya, fakta yang baru baru ini kita temui justru membuat kita mengelus dada. Terjadi beberapa kasus yang berujung kematian di tangan anak kandungnya sendiri.
Seperti kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang anak di Pesisir Barat, Lampung, terhadap orangtuanya ternyata berawal dari kekesalan pelaku karena diminta korban (ayahnya) yang mengidap stroke untuk mengantarkan ke kamar mandi. Begitu juga dikutip dari Liputan6.com, viral di sosial media seorang pedagang ditemukan tewas di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Hasil penyelidikan polisi, pelaku nyatanya dua anak kandungnya sendiri yang masih berusia 16 dan 17 tahun. Penyebabnya mereka kesal dimarahi sang ayah karena mereka kedapatan mencuri. Mengapa akhir akhir ini marak anak durhaka hingga setega itu membunuh orangtuanya?
Kejadian ini semakin menunjukkan betapa lemahnya fondasi keluarga yang ada di zaman ini. Banyak anak tidak berbakti karena tidak terdidik dengan pemahaman agama. Tanggungjawab pendidikan agama tentu saja berada di tangan orangtua dan keluarga. Bisa jadi orangtua sibuk bekerja hingga kurang dalam menemani tumbuh kembang anak dan mendidik fitrah keimanannya, serta kurang dalam membangun kedekatan dengan anak. Faktor mengapa anak kurang didikan juga beragam, salah satunya bisa karena ibu terforsir untuk bekerja di luar rumah atau diluar negeri karena tuntutan ekonomi. Atau karena perceraian kedua orangtua. Dan sebab sebab lainnya, yang kita bisa indra bahwa fakta yang marak terjadi adalah anak yang tidak dekat dengan orangtuanya karena berbagai faktor.
lmu parenting atau pendidikan anak masih merupakan ilmu yang tidak dipersiapkan oleh para orangtua. Kebanyakan menjadi orangtua kebetulan alih alih menjadi orangtua betulan. Sistem pendidikan saat ini juga tidak memfasilitasi dengan serius agar masyarakat bisa menjadi orangtua yang shalih yang bisa mendidik anak anak yang shalih juga. Sehingga untuk memperkuat fondasi keluarga, dibutuhkan orangtua yang shalih dan anak yang shalih. Pelajaraan keagamaan di sekolah hanya sekedarnya, tidak menjamin membuat anak didik memiliki iman yang kuat dan menaati aturan agama.
Pembentukan kepribadian anak di dalam islam merupakan upaya yang melibatkan pembentukan pemikiran dan perasaan seseorang agar sejalan dengan perintah agama. Hal itu dicapai dengan menanamkan konsep halal dan haram, meningkatkan keimanan, menumbuhkan rasa ketakwaan kepada Allah, dan menumbuhkan akhlak yang mulia.
Sistem islam mengedepankan pendidikan berbasis islam. Pendidikan anak dimulai dari keluarga, dimana orangtua harus memiliki ilmu berumahtangga dan ilmu pendidikan anak yang cukup. Pendidikan keluarga didasarkan pada tuntunan agama islam, hingga anak dan orangtua hidup dan tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan keimanan kepada Allah. Saling mendukung dalam ketaatan, membangun akhlak mulia, etika moral, budi pekerti dan tingkah laku semua karena dorongan iman.
Selain pendidikan islam menghasilkan generasi yang berkarakter islam, yang berbakti kemana orangtua, dan mampu mengontrol emosi. Islam juga mempunyai mekanisme dalam menjauhkan masyarakat dari kemaksiatan tindak kriminal. serta menegakkan sistem sanksi yang tegas dan membuat jera untuk mencegah terjadinya kasus kriminal serupa. []
Oleh: Iffah Wardatun Hamro / Eterna Foundation Purbalingga

COMMENTS