Bencana kelaparan kembali memakan korban jiwa di tanah Papua. Enam warga baru baru ini dilaporkan meninggal dunia menambah panjang catatan korban jiwa akibat bencana yang berulang hampir setiap tahun.Selama dua bulan terakhir, warga disana mengalami gagal panen. Menurut catatan WALHI, gagalnya panen warga dipicu peristiwa embun beku di dataran tinggi Lanny Jaya. Kegagalan panen akibat faktor cuaca ini berdampak fatal karena masyarakat sangat bergantung pada hasil kebun mereka.
Arsip kompas mencatat, pada Agustus 1982 total korban jiwa akibat kelaparan di Jayawijaya mencapai 112 orang, 167 orang mendapat perawatan, dan 3.000 orang lainnya mengalami kekurangan gizi. Kasus serupa berlanjut lagi di tahun 1984, 1986, 1997, 1998, 2000, 2003, Desember 2005- Februari 2006, 2007, 2011, 2013, 2015, September 2017- Januari 2018, Januari-Juni 2019. Bencana serupa berulang lagi di tahun 2022 dan tahun 2023 ini gagal panen diperkirakan berdampak pada 7500 warga. Betapa ironis ¬¬bencana kelaparan ini masih terjadi dalam 40 tahun terakhir di papua. Seolah tidak menemui penyelesaian tuntas hingga kelaparan terus terjadi dan merenggut nyawa.
Menurut manajemen bencana, kelaparan termasuk dalam kategori slow-down disaster. Artinya, bencana ini terjadi secara perlahan dan bertahap karena orang kehabisan makanan dan akhirnya meninggal, memakan waktu lama. Ketika orang secara teratur tidak makan, sampai terus menerus, mereka akan menjadi kurang gizi dan mengidap busung lapar. Seiring waktu, dia akhirnya melemah karena berkurangnya energi, dan kemudian meninggal dunia. Inilah yang terjadi pada masyarakat Papua yang tinggal di pegunungan. Artinya kelaparan adalah bencana yang seharusnya bisa dicegah dan dihindari. Separah itu ketiadaan pangan di negeri gemah ripah loh jinawi ini, bahkan terjadi berulang di pulau papua yang kaya tambang emas?
Peneliti agroklimat Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua Barat, Aser Rouw, mengatakan bahwa kejadian berulang ini tidak semata-mata akibat faktor cuaca dan iklim. Tapi luasan dan sebaran perkebunan warga juga bisa memengaruhi intensitas kelaparan. Sejak beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran pola makan masyarakat, terutama setelah masuknya raskin (beras miskin). Ketergantungan pada beras bantuan ini membuat luas tanam ubi dan keladi cenderung berkurang. Masalah lainnya, akses transportasi ke perkampungan di Lanny Jaya terbatas. Untuk mencapai kampung Kuyuwage, warga biasanya berjalan kaki seharian dari Tiom, ibu kota Lanny Jaya. Belum lagi, daerah ini termasuk kawasan merah yang kerap terimbas konflik bersenjata.
Lalu bagaimana langkah pemerintah? Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy pada 9 Agustus 2023 memberikan keterangan pers mengenai penanganan bencana kekeringan di distrik Agandugume, Lambewi dan Oneri di Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Untuk jangka pendek, pemerintah memastikan kebutuhan pangan obat-obatan dan pelayanan dasar infrastruktur dasar di tiga distrik ini terpenuhi.Pemerintah terus mendistribusikan bantuan beras ke tiga distrik tersebut. Hal ini untuk memastikan stok logistik pangan cukup hingga kondisi pertanian di wilayah tersebut pulih. Selain pengiriman logistik ke distrik terdampak yakni Agandugume, pemerintah akan mengirimkan bantuan ke distrik Sinak. Hal ini karena keterbatasan di bandara Agandugume didarati pesawat setiap harinya. Meskipun, lokasi terdampak menuju Distrik Sinak harus ditempuh jalan darat selama dua hari satu malam.
Untuk jangka menengah, Pemerintah akan menyiapkan gudang logistik permanen di wilayah Agandugume demi mengantisipasi kekeringan terulang di wilayah tersebut. Pemerintah juga akan membangun jalan di sepanjang jalur Distrik Sinak menuju Agandugume untuk mempercepat waktu tempuh dua distrik tersebut.
Selain itu, Pemerintah akan melakukan revitalisasi Bandara Sinak untuk memermudah proses penyaluran logistik pangan. Selanjutnya, Pemerintah akan membangun infrastruktur air bersih dan sentra-sentra produksi pangan dengan bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk mencari varietas atau jenis tanaman yang tahan terhadap perubahan cuaca yang anomali.
Kemudian untuk jangka panjang, Pemerintah akan melakukan penguatan masyarakat dan pemenuhan tenaga kesehatan di wilayah tersebut. Demikian langkah yang diputuskan pemerintah terkait bencana kelaparan berulang di papua. Yang menjadi tantangan terbesar untuk distribusi bantuan adalah faktor medan yang sulit dan faktor keamanan yaitu gangguan dari Organisasi Papua Merdeka.
Hal inilah yang harus serius dipecahkan oleh penguasa selaku penanggung jawab utama rakyatnya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang pasti akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya."
Kita tentu masih ingat kisah Umar Bin Khattab saat memanggul gandum sendiri untuk diberikan kepada rakyatnya yang kelaparan. Betapa khawatirnya seorang penguasa jika ada rakyatnya yang terdzalimi di bawah kepemimpinannya. Lalu bergegas bertindak mengantarkan sendiri karung gandum tanpa mau gandum itu dibawakan oleh orang lain. Seharusnya seperti itu pula sikap penguasa dalam keseriusannya mengurusi urusan rakyat.
Sungguh sangat miris mengetahui bencana kelaparan ini sudah berulang sejak puluhan tahun. Padahal papua memiliki kekayaan SDA yang melimpah. Sayangnya tidak bisa dinikmati oleh rakyat papua sebab pengelolaannya sudah dikuasai oleh swasta asing. Sedangkan di dalam islam pengelolaan SDA seperti tambang itu dikelola negara untuk kepentingan rakyat sepenuhnya. Sangat bisa menopang pembangunan dan perbaikan sistem ketahanan pangan. Pemimpin dalam islam menerima jabatan sebagai amanah yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Sehingga di dalam islam penguasa adalah pihak yang serius melayani rakyat.
Oleh: Iffah Wardatun Hamro (Eterna Foundation Purbalingga)
.jpeg)
COMMENTS