![]() |
| Yoni Kurniawan |
BANGKITPOS.COM, Secara faktual media global didominasi oleh segelintir kelompok elit
yang yang berpengaruh, yang sebagian besar berpusat di AS, dan bersifat
transnasional.
Menurut praktisi media Yoni Kurniawan, bahwa terkonsentrasinya jumlah
kepemilikan terhadap media menghasilkan sistem yang bekerja untuk mempromosikan
pasar bebas global dan nilai-nilai komersialisasi.
“Sistem yang terbentuk ini adalah fenomena baru. Hingga tahun 1980an,
media massa lebih bersifat nasional. Meskipun buku-buku, film, musik, dan acara
TV selama puluhan tahun diimpor dari asing, sistem penyiaran dan surat kabar
masih dikontrol, diatur dan dimiliki secara nasional,” ujar pria yang akrab
dipanggil Kurniawan terswebut kepada BANGKIT POS Sabtu, 16 September 2017.
Kurniawan mengungkap sejak tahun 1980an, IMF, Bank Dunia dan pemerintah
AS mulai melakukan tekanan untuk mengurangi peraturan dan menswastakan sistem
media dan komunikasi, seiring dengan kemajuan teknologi satelit dan digital
yang melahirkan raksasa media transnasional.
“Meskipun ada variasi perbedaan pandangan politik dari berbagai editor
dan penerbit, kesemuanya sepakat dalam mengadopsi pandangan hidup sekuler. Tanpa
diragukan lagi ketidakseimbangan peliputan berita tentang Islam dan Muslim oleh
industri media,” imbuhnya.
Dia menambahkan bahwa hal yang justru penting untuk dikaji adalah
memahami realitas kehidupan sekuler dan menganalisa akar asal muasal timbulnya
Islamophobia yang terjadi. [jay]

COMMENTS