![]() |
| Ilustrasi |
BANGKITPOS.COM, Tulisan kami di kolom opini media cetak Koran Sindo pada 27 Juni 2015 yang berjudul Perlambatan Ekonomi Kinerja Pemerintahan yang menganalisa melambatnya pertumbuhan ekonomi, menurunnya kontribusi beberapa sektor atas pertumbuhan ekonomi yang mengarah nanti pada lemahnya daya beli konsumen menjadi terbukti.
Bahkan dalam tulisan itu justru kami masih optimis bahwa perlambatan ekonomi ini hanya akan sampai akhir tahun 2015 pada kenyataannya justru semakin lama. Pendekatan evaluasi kinerja sistem ekonomi kapitalisme yang selalu dipakai oleh otoritas moneter berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan pada bulan Agustus 2017 keseluruhan sektor menunjukkan mengalami penurunan kontribusi untuk pertumbuhan ekonomi Triwulan II walau faktanya ada peningkatan dibandingkan triwulan yang sama Tahun 2016 dan Triwulan I Tahun 2017.
Hasil buruk kinerja ekonomi makro justru ditunjukkan pada bulan Agustus 2017 dengan tingkat deflasi sebesar 0,07 persen yang masih disebut oleh Menteri Keuangan sebagai inflasi yang rendah. Sebuah pernyataan aneh bahwa deflasi disamakan dengan inflasi yang rendah entah dengan maksud dan tujuan apa, sementara Kepala Bappenas justru mempertanyakan kinerja makro ekonomi ini yang menyebutnya sebagai sesuatu yang aneh. Kinerja buruk makro ekonomi bulan ini tak bisa dielakkan atau dinafikkan begitu saja oleh Menteri Keuangan bahwa ekonomi makro sedang berada dalam keadaan yang mengkhawatirkan dan tak bisa menyangkal dengan membangun optimisme semu.
Dengan logika itu pulalah, kinerja perekonomian Indonesia sejak masa pemerintahan Presiden Joko Widodo belum menunjukkan keadaan membaik, apalagi prestasi seperti yang pernah dijanjikan akan mengalami peningkatan pesat (istilah Presiden meroket) pada bulan September sampai Desember 2015 tidak terbukti. Melihat capaian pertumbuhan ekonomi berdasar data BPS pada Triwulan II 2017 (April-Juni) yang sebesar 5,18% hampir tak menunjukkan kontribusi dan berarti apapun bagi angka kemiskinan, permasalahan ketimpangan ekonomi, apalagi kesejahteraan masyarakat karena seluruh sektor menurun kontribusinya, walau sektor konsumsi masih lebih baik dibanding yang lain.
Demikian keterangan tertulis dari Defiyan Cori seorang Ekonom Konstitusi yang tersebar di berbagai media. [bp]
Dengan logika itu pulalah, kinerja perekonomian Indonesia sejak masa pemerintahan Presiden Joko Widodo belum menunjukkan keadaan membaik, apalagi prestasi seperti yang pernah dijanjikan akan mengalami peningkatan pesat (istilah Presiden meroket) pada bulan September sampai Desember 2015 tidak terbukti. Melihat capaian pertumbuhan ekonomi berdasar data BPS pada Triwulan II 2017 (April-Juni) yang sebesar 5,18% hampir tak menunjukkan kontribusi dan berarti apapun bagi angka kemiskinan, permasalahan ketimpangan ekonomi, apalagi kesejahteraan masyarakat karena seluruh sektor menurun kontribusinya, walau sektor konsumsi masih lebih baik dibanding yang lain.
Demikian keterangan tertulis dari Defiyan Cori seorang Ekonom Konstitusi yang tersebar di berbagai media. [bp]

COMMENTS