![]() |
| Ilustrasi |
BANGKITPOS.COM, JAKARTA - Para petani tebu memprotes kebijakan pemerintah yang dinilai lebih berpihak pada importir gula daripada kepada para petani tebu. Hari ini, sebanyak empat ribu petani tebu mendatangi Istana Negara untuk menuntut keadilan.
“Para petani ingin bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Menteri BUMN,” kata Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Sumitro Samadikun yang dikutip Republika, Minggu (27/8/2017).
Keprihatinan akan nasib petani tebu, khususnya di Cirebon, Jawa Barat ini juga data
ng dari alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui gerakan beli gula petani tebu agar gula yang tidak serap Bulog terjual.
Sumitro mengatakan para petani mengeluhkan gula mereka tidak terserap maksimal karena disebut berada di bawah Standar Nasional Indonesia (SNI). Bahkan, Kementerian Perdagangan beberapa waktu lalu melakukan penyegelan terhadap gula petani dengan alasan tidak layak dijual.
Padahal, petani mengirimkan tebunya ke pabrik yang kebanyakan adalah milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk digiling.
Lantas, kenapa setelah digiling oleh pabrik milik BUMN, seperti PTPN dan RNI, Kemendag menyebut kualitasnya tidak sesuai SNI.
Menurut Sumitro, petani juga memberikan 34 persen dari produk gulanya ke pabrik sebagai upah giling. Sementara, kualitas gula yang dihasilkan banyak dipengaruhi dari proses pengolahan pada pabrik tersebut.
Sumitro menambahkan, selain melakukan penyegelan dan merugikan rakyat harus ditelusuri lebih jauh apakah gula tidak sesuai SNI tersebut adalah gula dari tebu para petania atau raw sugar yang merupakan impor. “Kalau tebu berarti petani yang dirugikan. Kalau raw sugar berarti mengolahnya nggak benar,” ujar dia.
Bersimpati dengan nasib petani gula, Ikatan Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) menggalang Aksi Beli Gula Petani Cirebon sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib petani gula yang terancam mengalami kerugian karena para investor lebih memilih gula rafinasi(gula kristal putih). Aksi yang dilakukan sejak Sabtu (26/8) itu sudah berhasil mengajak 140 orang untuk melakukan pemesanan hingga Ahad (27/8).
Alumni IPB yang ikut melakukan aksi, Ganden Arkadi, mengatakan, 140 orang itu memesan gula dengan total 1.200 kilogram. “Kami masih melakukan pendataan siapa yang mau beli gula petani dan sampai sekarang belum bisa menentukan harga,” ungkap dia.
Ganden mengatakan, Aksi Beli Gula ini memang tidak bisa membantu petani secara signifikan atas kerugian mereka. Namun, dia berharap, aksi sederhana tersebut dapat mengetuk kepedulian masyarakat lain di Indonesia.
“Ya, terlebih kami mendorong pemerintah dapat lebih memerhatikan para petani tebutersebut, agar bisa memberikan harga yang layak pada hasil gula mereka,” kata Ganden.
Bagi masyarakat yang ingin melakukan pemesanan gula, Ganden menambahkan, bisa dilakukan dengan menulis jumlah gula yang ingin dipesan melalui SMS atau WhatsApp ke nomor 087782010919, dengan format GulaPetani_Nama_Alamat_Jumlah.
Seperti diketahuim ribuan ton gula milik petani di Cirebon disegel oleh Ditjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) dengan alasan gula tersebut tak memenuhi kualitas Standar Nasional Indonesia (SNI). Para petani menduga, penyegelan yang didahului dengan penilaian secara mendadak itu untuk memuluskan peredaran gula impor rafinasi.
Selanjutnya, petani mendapat penawaran dari Bulog untuk membeli gula itu dengan harga di bawah harga eceran tertinggi (HET). Sikap para petani tebu pun terbelah, ada yang menerima dan ada yang menolak. [sm]

COMMENTS