![]() |
| Lutfi Sarif Hidayat, Direktur Civilization Analysis Forum (CAF) |
BANGKITPOS.COM, Pemerintah telah merilis RAPBN 2018 pada 16 Agustus 2017 kemarin. Di dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen. Target tersebut akan dicapai melalui belanja pemerintah sebesar Rp 2.204 triliun.
Dikutip di dalam kabarnasinal.info (21/8/2017) Praktisi Ekonomi Lutfi Sarif Hidayat sekaligus Direktur Civilization Analysis Forum (CAF) mengungkapkan dalam pendeketan statistik angka 5,4 persen sebagai target pertumbuhan ekonomi memang cukup besar.
Baca juga:
Freeport Kembali Bisa Beroperasi Hingga 2041
Komentari Sistem Ekonomi, CAF Sebut Indonesia Menerapkan Paradigma Ekonomi Neo-Liberalisme
Baca juga:
Freeport Kembali Bisa Beroperasi Hingga 2041
Komentari Sistem Ekonomi, CAF Sebut Indonesia Menerapkan Paradigma Ekonomi Neo-Liberalisme
“Hanya saja yang menjadi catatan penting adalah benarkah jika angka pertumbuhan tersebut mewakili kondisi ideal dari ekonomi. Saya katakan tergantung. Hal ini disebabkan karena menurut saya pertumbuhan ekonomi yang ada sejauh ini ditopang oleh sektor konsumsi,” katanya sebagaimana dikutip di kabarnasional.info.
Lutfi menjelaskan sebenarnya masyarakat tidak melakukan kegiatan produksi atau membuat dan menyediakan produk-produk yang memiliki nilai tambah dalam upaya mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi nasional yang sesungguhnya. Selain itu dengan adanya kegiatan produksi sebenarnya akan memberikan manfaat bagi kelompok masyarakat lain.
Baca juga:
Pengamat Desak Pemerintah Hentikan ‘Bergurau’ Kelola Ekonomi Negara
Pengamat: Indonesia Darurat Ketimpangan Ekonomi
Subsidi Listrik Dicabut, Direktur CAF: Negara Belum Menjamin Kesejahteraan Rakyat
“Apalagi jika konsumsi yang dilakukan masyarakat adalah produk-produk dengan kandungan terbesar dari impor, maka hasil nilai tambah produksinya sebenarnya dinikmati oleh negara asal produsen produk tersebut. Dalam jangka panjang Indonesia akan tergantung pada produk impor, menjadi negara konsumtif yang tak punya nilai tambah produksi atas pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dalam setiap periode,” ujarnya.
Lutfi mengkritisi pola pembangunan terhadap sektor produksi yang berasal dari utang luar negeri serta dengan kandungan bahan-bahan yang impor.
“Maka yang terjadi adalah kondisi ekonomi yang kian melemah. Sehingga saya berpandangan kondisi ini adalah bentuk ketergantungan dengan asing. Tidak berlebihan jika kemudian ekonomi atau politik dikendalikan kebijakan negara lain atau asing. Bukankah ini artinya tidak memiliki kedaulatan ekonomi secara penuh.” imbuhnya. [rifa]
Lutfi menjelaskan sebenarnya masyarakat tidak melakukan kegiatan produksi atau membuat dan menyediakan produk-produk yang memiliki nilai tambah dalam upaya mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi nasional yang sesungguhnya. Selain itu dengan adanya kegiatan produksi sebenarnya akan memberikan manfaat bagi kelompok masyarakat lain.
Baca juga:
Pengamat Desak Pemerintah Hentikan ‘Bergurau’ Kelola Ekonomi Negara
Pengamat: Indonesia Darurat Ketimpangan Ekonomi
Subsidi Listrik Dicabut, Direktur CAF: Negara Belum Menjamin Kesejahteraan Rakyat
“Apalagi jika konsumsi yang dilakukan masyarakat adalah produk-produk dengan kandungan terbesar dari impor, maka hasil nilai tambah produksinya sebenarnya dinikmati oleh negara asal produsen produk tersebut. Dalam jangka panjang Indonesia akan tergantung pada produk impor, menjadi negara konsumtif yang tak punya nilai tambah produksi atas pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dalam setiap periode,” ujarnya.
Lutfi mengkritisi pola pembangunan terhadap sektor produksi yang berasal dari utang luar negeri serta dengan kandungan bahan-bahan yang impor.
“Maka yang terjadi adalah kondisi ekonomi yang kian melemah. Sehingga saya berpandangan kondisi ini adalah bentuk ketergantungan dengan asing. Tidak berlebihan jika kemudian ekonomi atau politik dikendalikan kebijakan negara lain atau asing. Bukankah ini artinya tidak memiliki kedaulatan ekonomi secara penuh.” imbuhnya. [rifa]
Sumber: kabarnasional.info

COMMENTS